Label: Softskill Bahasa Indonesia
1) Kesatuan, maksudnya semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal tertentu.
2) Koherensi (kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu).
3) Perkembangan alinea (perkembangan alinea adalah penyusunan/ perician daripada gagasan-gagasan yang membina alinea-alinea itu).
Pola alinea yang bersifat deduktif dimulai dari kalimat inti, kemudian diikuti uraian, penjelasan, argumentasi dan sebagainya. Dimulai oleh pernyataan (yang tentunya bersifat umum). Kemudian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya. Itulah sebabnya alinea ini disebut bersifat deduktif.
2. Besifat Induktif.
Pola alinea yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola alinea yang bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat ini. Alinea ini dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca pada gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alinea. Jadi, anak-anak tangga itu tersusun untuk mencapai klimaks.
Dalam memberikan argumentasi, pola ini sering cukup efektif digunakan. Data, fakta atau uraian yang dikemukakan dalam kalimat-kalimat sebelum inti semuanya disiapkan untuk mengantarkan pembaca terhadap pokok soal yang hendak dinyatakan.
3. Bersifat Deduktif dan Induktif (Campuran).
Pola alinea ini adalah gabungan dua pola diatas, disini pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan. Tapi, pada kalimat terakhir kembali diulang sekali lagi gagasan pokoknya.
Pola alinea ini disebut pola campuran. Karena pada awal dan akhir alinea gagasan pokoknya dinyatakan.
Label: Softskill Bahasa Indonesia
Adanya perpaduan dalam kalimat yang kita gunakan sehingga makna dari kalimat dapat diterima dengan baik
Hal-hal yang diperhatikan dalam menciptakan kepaduan pada suatu kalimat :
a. Dapat mencerminkan cara berpikir yang simetris dan tidak bertele-tele dalam penyampaiannya.
b. Menggunakan pola aspek+agen+verbal secara tertib dalam kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Tidak menyisipkan kata, seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dengan objek penderita.
2. Keparalelan
Penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama dalam kalimat. Misalnya, jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-.
Contoh :
Kakak mengambil uang untuk dibayar buku itu. [salah]
→ Kakak mengambil uang untuk membayar buku itu. [benar]
3. Kehematan
Hal ini dalam arti hemat menggunakan kalimat atau frasa, sehingga tidak adanya pengulangan kata yang dapat membingungkan lawan bicara kita. Penggunaan kata yang berlebih dapat mengaburkan maksud kalimat sehingga dapat menyebabkan kesalah-pahaman.
Beberapa kriteria dalam melakukan penghematan kata :
a. Menghindari kesinoniman dalam kalimat yang sama.
b. Menghilangkan pengulangan subyek. Gunakan kata ganti subyek.
c. Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah jamak.
d. Menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh :
a. Beberapa karya-karya ilmiah menjadi referensiku dalam penelitian ini. [salah]
→ Beberapa karya ilmiah menjadi referensiku dalam penelitian ini. [benar]
b. Temannya memakai kaos warna merah. [salah]
→ Temannya memakai kaos merah. [benar]
4. Penekanan
Perlakuan lebih terhadap ide pokok kalimat. Sehingga lawan bicara kita dapat mengerti inti dari kalimat yang kita sampaikan pada lawan bicara kita. Ada beberapa cara penekanan, yaitu :
a. Meletakkan kata yang ditekankan di awal kalimat.
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
c. Melakukan pengulangan kata.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditekankan.
e. Menggunakan partikel penekanan atau penegasan, seperti -lah, -pun, -kah.
5. Kevariasian
Variasi kalimat diketahui ketika ada dua atau lebih kalimat dibandingkan satu sama lainnya. Beberapa variasi kalimat :
a. Variasi dalam pembukaan kalimat.
Sebuah kalimat dimulai dengan :
- Frase benda.
- Frase keterangan (waktu, tempat, cara).
- Frase kerja.
- Partikel penghubung.
b. Variasi dalam pola kalimat.
Untuk efektifitas kalimat dan menghindari suasana monoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat Subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi Predikat – Objek – Subjek, atau yang lainnya.
Contoh :
Penyanyi baru itu belum dikenal masyarakat. [S-P-O]
Belum dikenal masyarakat penyanyi baru itu. [P-O-S]
Masyarakat belum mengenal penyanyi baru itu. [O-P-S]
c. Variasi jenis kalimat.
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah.
Label: Softskill Bahasa Indonesia
Label: Softskill Bahasa Indonesia