Powered By Blogger

Tema dan Judul

I. Tema.

Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.

II. Pengertian Judul.

Pengertian Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi).

III. Perbedaan Tema dan Judul.

Tema dan judul hampir sama namun berbeda. Tema adalah isi atau inti dari cerita yang kita buat, sedangkan judul merupakan gambaran atau suatu kalimat yang mengantarkan pembaca pada cerita yang kita buat.

IV. Syarat Tema yang Baik.

Syarat tema yang baik antara lain :

1. Tema harus menarik perhatian penulis.
2. Tema harus diketahui/dipahami penulis.
3. Tema harus Bermanfaat.
4. Tema yang dipilih harus berada disekitar kita.
5. Tema yang dipilih harus yang menarik.
6. Tema yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
7. Tema yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
8. Tema yang dipilih harus memiliki sumber acuan.

V. Syarat.Judul yang Baik.

Syarat judul yang baik antara lain:

1. Harus bebentuk frasa,
2. Tanpa ada singkatan atau akronim,
3. Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,
4. Tanpa tanda baca di akhir judul karangan,
5. Menarik perhatian,
6. Logis,
7. Sesuai dengan isi
8. Judul harus:.asli,relevan,provakitif,singkat

Sumber :
http://gladysdizz.blogspot.com/2010/04/perbedaan-topiktema-dan-judul.html
http://ita-kyu-kiyut.blogspot.com/2010/01/ragam-bahasa-tugas-kelompok.html

Alinea

I. Pengertian Alinea

Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari suatu kalimat saja. Alinea merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.

II. Unsur-Unsur Alinea.

Unsur dari alinea ada dua jenis yaitu :
1. Kalimat Utama.
Kalimat utama merupakan kalimat yang memiliki inti kalimat dari pikiran penulis.

2. Kalimat Penjelas.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang memiliki tujuan untuk menekankan atau mengantarkan pembaca sebelum ke kalimat inti. Kalimat penjelas bisa dimiliki di akhir ataupun di awal kalimat.

III. Syarat Alinea yang Baik.

Agar kita dapat membuat alinea yang baik, maka kita harus mengetahui syarat-syarat apa saja yang harus diperhatikan. Syarat-syarat alinea yang baik antaralain :

1) Kesatuan, maksudnya semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal tertentu.

2) Koherensi (kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu).

3) Perkembangan alinea (perkembangan alinea adalah penyusunan/ perician daripada gagasan-gagasan yang membina alinea-alinea itu).

IV. Pengembangan Alinea.

Pengembangan alinea berkaitan dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama alinea. Pengembangan alinea deduktif, misalnya yang mendapatkan ide atau gagasan utama pada alinea utama, pasti berbeda dengan pengembangan alinea induktif, karena merupakan kebalikan alinea deduktif. Akhirnya metode pengembangan alinea akan bergantung pula pada sifat informasi yang akan disampaikan. : persuasive, argumentative, deskriptif, naratif, dan ekspositoris. Setelah mempertimbangkan beberapa faktor, barulah seseorang memilih salah satu metode pengembangan alinea yang terdapat dalam buku komposisi, yag terdiri dari beberapa metode, yaitu : (1) metode definisi, (2) metode proses, (3) metode contoh, (4) metode sebab-akibat, (5) metode umum-khusus, dan (6) metode klasifikasi.

V. Macam-Macam alinea.

Alinea memiliki berbagai jenis. Jenis-jenis dari dari alinea berdasarkan letak dari kalimat inti. Alinea bisa memiliki kalimat inti pada awal kalimat atau pun di akhir. Bahkan bisa memiliki kalimat inti pada akhir dan awal kalimat. Untuk lebih jelasnya alinea memiliki jenis sebagai berikut :

1. Bersifat Deduktif.

Pola alinea yang bersifat deduktif dimulai dari kalimat inti, kemudian diikuti uraian, penjelasan, argumentasi dan sebagainya. Dimulai oleh pernyataan (yang tentunya bersifat umum). Kemudian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya. Itulah sebabnya alinea ini disebut bersifat deduktif.

2. Besifat Induktif.

Pola alinea yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola alinea yang bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat ini. Alinea ini dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca pada gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alinea. Jadi, anak-anak tangga itu tersusun untuk mencapai klimaks.

Dalam memberikan argumentasi, pola ini sering cukup efektif digunakan. Data, fakta atau uraian yang dikemukakan dalam kalimat-kalimat sebelum inti semuanya disiapkan untuk mengantarkan pembaca terhadap pokok soal yang hendak dinyatakan.

3. Bersifat Deduktif dan Induktif (Campuran).

Pola alinea ini adalah gabungan dua pola diatas, disini pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan. Tapi, pada kalimat terakhir kembali diulang sekali lagi gagasan pokoknya.
Pola alinea ini disebut pola campuran. Karena pada awal dan akhir alinea gagasan pokoknya dinyatakan.



Sumber :

Kalimat Efektif

I. Pengertian Kalimat Efektif.

Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang menggunakan kalimat yang efektif dalam pembicaraan. Seringkali kita mengulang kata yang sama sehingga terkadang lawan bicara kita tidak mengerti apa yang kita maksudkan. Bahkan dalam sebuah tulisan pun kita masih sering mengulang kata-kata yang tidak diperlukan. Hal ini dapat membuat orang lain menjadi bingung dan tidak mengerti initi dari tulisan kita.

Oleh karena itu mempelajari kalimat efektif merupakan suatu hal yang sangat penting. Kita akan memulai materi kali ini dengan pengertian dari kalimat efektif. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Seperti yang saya sebutkan diatas, kalimat efektif sangatlah penting. Agar lawan bicara kita dapat mengerti apa yang kita maksudkan dengan baik. Karena efek dari kata-kata seseorang bisa sangat berbahaya. Dengan adanya salah paham bisa menyebabkan pertengkaran.

Selanjutnya kita akan mempelajari apakah syarat dari kalimat efektif yang baik. Syarat dari kalimat efektif antaralain:

1. Koherensi (Kepaduan)

Adanya perpaduan dalam kalimat yang kita gunakan sehingga makna dari kalimat dapat diterima dengan baik

Hal-hal yang diperhatikan dalam menciptakan kepaduan pada suatu kalimat :

a. Dapat mencerminkan cara berpikir yang simetris dan tidak bertele-tele dalam penyampaiannya.

b. Menggunakan pola aspek+agen+verbal secara tertib dalam kalimat yang berpredikat pasif persona.

c. Tidak menyisipkan kata, seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dengan objek penderita.

2. Keparalelan

Penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama dalam kalimat. Misalnya, jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-.

Contoh :

Kakak mengambil uang untuk dibayar buku itu. [salah]

→ Kakak mengambil uang untuk membayar buku itu. [benar]

3. Kehematan

Hal ini dalam arti hemat menggunakan kalimat atau frasa, sehingga tidak adanya pengulangan kata yang dapat membingungkan lawan bicara kita. Penggunaan kata yang berlebih dapat mengaburkan maksud kalimat sehingga dapat menyebabkan kesalah-pahaman.

Beberapa kriteria dalam melakukan penghematan kata :

a. Menghindari kesinoniman dalam kalimat yang sama.

b. Menghilangkan pengulangan subyek. Gunakan kata ganti subyek.

c. Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah jamak.

d. Menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

Contoh :

a. Beberapa karya-karya ilmiah menjadi referensiku dalam penelitian ini. [salah]

→ Beberapa karya ilmiah menjadi referensiku dalam penelitian ini. [benar]

b. Temannya memakai kaos warna merah. [salah]

→ Temannya memakai kaos merah. [benar]

4. Penekanan

Perlakuan lebih terhadap ide pokok kalimat. Sehingga lawan bicara kita dapat mengerti inti dari kalimat yang kita sampaikan pada lawan bicara kita. Ada beberapa cara penekanan, yaitu :

a. Meletakkan kata yang ditekankan di awal kalimat.

b. Membuat urutan kata yang bertahap.

c. Melakukan pengulangan kata.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditekankan.

e. Menggunakan partikel penekanan atau penegasan, seperti -lah, -pun, -kah.

5. Kevariasian

Variasi kalimat diketahui ketika ada dua atau lebih kalimat dibandingkan satu sama lainnya. Beberapa variasi kalimat :

a. Variasi dalam pembukaan kalimat.

Sebuah kalimat dimulai dengan :

- Frase benda.

- Frase keterangan (waktu, tempat, cara).

- Frase kerja.

- Partikel penghubung.

b. Variasi dalam pola kalimat.

Untuk efektifitas kalimat dan menghindari suasana monoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat Subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi Predikat – Objek – Subjek, atau yang lainnya.

Contoh :

Penyanyi baru itu belum dikenal masyarakat. [S-P-O]

Belum dikenal masyarakat penyanyi baru itu. [P-O-S]

Masyarakat belum mengenal penyanyi baru itu. [O-P-S]

c. Variasi jenis kalimat.

Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah.

Sebenarnya semua hal diatas mengacu pada dua inti, yaitu syarat dari kalimat efektif adalah dapat mewakili inti pikiran dari pembaca atau penulis. Selain itu, kalimat efektif memilki syarat dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca atau pendengar. Sehingga orang yang membaca tulisan kita dapat mengerti apa yang kita maksudkan.


Sumber :

Unsur atau Pola Kalimat Dasar

Pada sebuah kalimat sekurang-kurangnya dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Hal inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

Seperti yang saya sebutkan diatas, sekurang-kurangnya pola kalimat di bahasa Indonesia pasti memiliki subjek dan predikat. Subjek (S) digunakan untuk pelaku yang melakukan suatu kegiatan pada kalimat tersebut. Predikat (P) digunakan untuk kata kerja atau kata benda pada kalimat tersebut. Namun kalimat di bahasa Indonesia memiliki unsur lainnya yaitu objek (O) dan keterangan (K). Objek digunakan untuk kata benda yang dijadikan objek pada suatu kalimat. Keterangan (K) memiliki penjabaran yang sangat luas. Keterangan (K) biasanya digunakan untuk memperjelas sesuatu pada kalimat seperti tempat, waktu, sifat, dan lainnya.

Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat dan unsur-unsur yang dimiliki oleh kalimat tersebut :
1. Pelajar(S) berdiskusi(P).
2. Dosen itu(S) ramah(P).
3. Harga baju itu(S) duapuluh ribu rupiah(P).
4. Mereka(S) menonton(P) film(O).
5. Mahasiswa(S) sedang rapat(P) di aula(K).

Diatas merupakan sebagian contoh kecil yang saya cantumkan. Masih banyak contoh lain dan tidak mungkin saya cantumkan semuanya disana. Sekian posting kali ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Ragam Bahasa Indonesia

Ragam Bahasa Indonesia adalah variasi dalam penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh latar belakang soisal, geografis, dan faktor lainnya. Ragam Bahasa Indonesia terdiri dari :

1. Ragam Bahasa Lisan.

Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan tatabahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa ini kita dapat memanfaatkan tinggi rendah suara, mimik muka, gerak tangan ataupun isyarat dalam mengungkapkan sesuatu kepada orang lain. Kelebihan yang dimiliki oleh ragam bahasa ini antaralain :

*) Bunyi arbiter yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan digunakan untuk berkomunikasi secara langsung.
*) Dapat bekerja sama dan identifikasi diri.
*) Bahasa yang paling mudah dan sering digunakan.
*) Lebih ekspresif dikarenakan dipadu oleh intonasi, mimik muka, maupun isyarat tubuh.

Namun walau bagaimanapun ragam bahasa ini juga memiliki kelemahan yaitu dalam ragam bahasa ini kita harus berhati-hati dalam menggunakannya dikarenakan bila kita tidak berhati-hati, kita bisa melukai perasaan lawan bicara kita sehingga bisa menghasilkan pertengkaran.

2. Ragam Bahasa Tulis.

Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang memanfaatkan suatu alat untuk menyampaikan suatu hal. Dalam ragam bahasa ini kita membutuhkan kosa kata, tata cara penulisan, dan tata bahasa yang baik. Kelebihan yang dimilki oleh ragam bahasa ini antaralain :

*) Adanya kosa kata yang kita jadikan pedoman.
*) Jelas karena dilengkapi dengan tatabaca.
*) Adanya ketepatan dalam penggunaan kata.

Kelemahan yang dimiliki oleh ragam bahasa ini adalah banyak yang masih belum memahami penggunaan tanda baca, ejaan, dan kurang tepat dalam pemilihan kalimat.


Selain ragam bahasa diatas, ragam bahasa Indonesia juga dibedakan menurut fungsinya. Ragam Bahasa Indonesia menurut fungsinya terdiri dari :

1. Ragam Sastra.

Dilihat dari bentuknya, ragam sastra memiliki 4 bentuk yaitu :
1) Prosa.
2) Prosa Liris.
3) Puisi.
4) Drama.

Dilihat dari isinya prosa memiliki 4 macam yaitu :
1) Epik.
Karangan yang melukiskan sesuatu secara objektif tanpa mengikutkan perasaan dan pikiran pribadi pengarang.
2) Lirik.
Karangan yang berisi curahan perasaan pribadi pengarang.
3) Didaktif.
Karya sastra yang mendidik pembaca mengenai tata krama, nilai agama, dan nilai kebenaran dalam kehidupan.
4) Dramatic.
Karya sastra yang isinya melukiskan suatu kejadian yang baik maupun yang buruk.

Ragam sastra memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Fungsi Rekreatif.
Maksud dari fungsi ini adalah ragam sastra ini dapat memberika hiburan kepada para pembacanya.
2) Fungsi Didaktif.
Berfungsi untuk memberikan didikan kepada para pembacanya dengan memberikan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
3) Fungsi Estetis.
Berfungsi memberikan nilai keindahan kepada para pembacanya karena sifat keindahan yang terkadung di dalamnya.
4) Fungsi Religius.
Memberikan nilai-nilai agama yang dapat diteladani oleh para pembacanya.

2. Ragam Hukum.

Ragam hukum adalah ragam yang dipergunakan di bidang hukum. Dikarenakan oleh karakteristik ragam bahasa tersebut maka sebaiknya memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia. Ragam hukum Indonesia memiliki ciri-ciri bahasa keilmuan (menurut Moeliono 1974 dalam natabaya 2000) yaitu :

1) Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran.
2) Objektif dan menekan perasaan pribadi.
3) Memberikan definisi yang cermat dalam nama, sifat, dan kategori karena menghindari kesimpangsiuran.
4) Tidak beremosi.
5) Membakukan makna kata-katanya, ungkapan dan gaya paparanya berdasarkan konvensi.

3. Ragam Bisnis.

Ragam bisnis adalah bahasa yang biasanya digunakan dalam suatu hal yang bertujuan bisnis. Ciri-ciri dari ragam ini antaralain :

1) Bahasa yang digunakan haruslah dimengerti oleh pebisnis lainnya.
2) Menggunakan bahasa baku.
3) Harus memenuhi syarat-syarat dan kaidah Bahasa Indonesia.

;;